Hari itu aku menerima sebuah pesan, pesan rekomendasi
seorang ikhwan berusia jauh dariku sedang mencari istri. Air mataku menetes, perih
sekali jawaban yang aku terima, setelah menunggu 10 hari bukan jawaban maaf
atau penyemangat untukku. Tapi sebuah pesan bahwa aku harus melupakannya. Dari
awal sebenarnya aku sudah ragu untuk menyampaikannya, aku sadar itu. Dua kali
ditolak seharusnya membuatku sadar dan tak lagi berharap, aku tak berdaya
dengan hati kecilku yang ingin terus berharap. Kali ini sama dengan 2 penolakan
sebelumnya, tidak dengan jawaban yang jelas, hanya tersirat, mungkin itu yang
membuat hati kecil ini terus berharap.
Aku selalu merasa tidak sempurna dengan apa yang aku miliki,
selalu tidak bersyukur atas segala yang diberikan, selalu mengeluh dengan
kondisi yang aku ciptakan sendiri. Aku seakan lupa bahwa segala nikmat yang
kudapat mungkin tidak didapat orang lain. Segala kebaikan yang aku rasakan
mungkin adalah yang orang lain dambakan. Segala yang aku capai dengan mudah
mungkin butuh pengorbanan bagi orang lain.
Alhamdulillah, akhirnya aku tersadar dari mimpi panjangku,
mimpi indah yang pahit karena tidak menjadi kenyataan. Tapi saat ini, kenapa
yang aku inginkan adalah kenyatan buruk yang manis. Buruk karena tak sesuai
dengan mimpiku, tapi manis dirasakan karena itulah yang terbaik yang Dia
berikan.
Aku sebenarnya tak terlalu bermasalah dengan perbedaan umur
yang jauh, tapi setelah dipikir kembali, harusnya aku juga tidak gegabah untuk
menentukan seperti dipaksakan. Sejujurnya akupun masih bingung apakah keputusan
itu baik dengan membatasi kriteria umur. Aku hanya tak ingin menjadi terlalu
pemilih untuk sesuatu yang tidak menjamin untuk surgaku, selama orang tersebut
sholeh dan menerima aku apa adanya. Sampai detik ini aku pun masih bingung dan
belum menemukan jawaban yang pasti.
Aku sepertinya akan berhenti untuk mengejar, aku ingin
menunggu walaupun aku sadar saat ini usiaku sudah cukup matang untuk menikah, tapi aku tak mau menjadikan hal tersebut
beban untuk hidupku, salahkah? Aku tak ingin keterburuanku menjadikan aku salah
melangkah atau salah memilih bahkan menjadi gelap mata hanya untuk hal
tersebut.
Bukan ingin menunda, aku hanya tak ingin terlalu sedih dalam
proses penantian ini. Bukan pula aku terlalu memilih, karena memang tidak ada
yang bisa aku pilih. Bukan pula menolak, karena tak ada yang bisa aku tolak.
Sampai saat ini tak ada seorangpun yang berminat untuk meminangku.
Aku takut memikirkannya, kenapa sampai saat ini tak ada yang
datang, sebegitu buruk kah aku? Astagfirullah, itu yang aku takutkan, aku takut
untuk berpikir kemungkinan-kemungkinan yang membuat aku berpaling akan
kuasa-Nya, membuatku ragu akan karunia-Nya, membuat aku menutup mata akan
rahasia-Nya yang indah.
Aku akan berusaha menyakinkan hati kecil ini untuk tidak
berkecil hati menghadapinya. Mencoba berhuznudzon akan rencana-Nya, berat.
Ragu ku harap kau pergi
Khawatir menghilanglah
Yakin kuatkan lah
Waktu akan menjawab semua itu, kuharap tahun ini, manis itu
akan datang melenyapkan pahit yang kurasa.
Walaupun bukan akhir cerita, kuharap itu adalah awal
kehidupan baruku menjadi wanita yang didambakan semua wanita dibumi ini.
Walaupun aku belum siap, kuyakin ia akan membantu ku
melaluinya
Walaupun aku belum sempurna, kuyakin ia akan melengkapinya
Karena bersatu bukan untuk melemahkan, tapi untuk menguatkan
satu sisi lainnya
*thin220117